1. Deskripsi Tanaman Dahlia
Dahlia (Dahlia pinnata Cav.) merupakan salah satu tanaman hias berbunga indah. Namun secara taksonomi tanaman dahlia merupakan tanaman perdu berumbi yang sifatnya tahunan (perenial) (Abddillah, 2012). Pada beberapa negara di Eropa dan Amerika, bunga dahlia sudah di komersilkan sebagai tanaman bunga potong termasuk di Virginia yang mempunyai pulau dahlia (Hankins, 2005).
Pada negara – negara subtropis, dahlia tumbuh baik pada musim semi dan musim panas. Umbi dahlia disimpan selama musim dingin dalam gudang penyimpanan pada kotak kardus yang diisi dengan vermikulit (Hankins, 2005). Tanaman ini berbunga pada musim panas sampai musim gugur. Dahlia, yang berasal dari Meksiko, ditanam oleh suku Indian Aztec pada awal abad keempat belas. Dahlia mulai dibudidayakan di Eropa tahun 1789, tepatnya di Royal Botanical Garden Madrid, Spanyol (Cornell, 2003), kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat. Di Indonesia, tanaman dahlia pertama kali dikembangkan di Jawa Barat, pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Dahlia merupakan tanaman perdu yang berbunga di sepanjang musim. Umbi dari tanaman dahlia terhubung pada pamgkal batang, pada bagian ini setiap tunas baru dihasilkan (Abddillah, 2012). Setiap tunas terdiri dari hanya satu umbi, sehingga apabila dilakukan perbanyakan vegetatif yang berasal dari umbi, mata tunas di bagian pangkal umbi harus disertakan dan tidak boleh terpotong (Cornell, 2003). Umbi tanpa mata atau tunas disebut “buta” dan tidak akan membentuk tunas baru karena umbi tersebut merupakan modifikasi akar. Dahlia memberikan hasil terbaik bila ditanam di bawah sinar matahari penuh dengan suhu rendah dan kelembaban yang cukup tinggi (Cornell, 2003).
2. Kandungan Metabolit Sekunder Inulin Pada Dahlia
Selain tanaman hias yang dinilai penting, dahlia juga merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan bernilai industri karena kandungan inulin yang bernilai jutaan dolar di Amerika Serikat. Kemudian disusul oleh negara lain seperti Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru dan Inggris (Utah, 2003)
Dahlia menghasilkan umbi yang mengandung 70 persen pati dalam bentuk inulin (Asih dkk, 2009). Umbi dahlia mengandung 69,50-75.48% inulin, yang berpotensi untuk dihidrolisis menjadi sirup fruktosa dan fruktooligosakarida atau sebagai substrat pada produksi alkohol secara fermentasi (Saryono dkk, 1998). Partomuan dkk (2004) juga mengungkapkan Sampai saat ini hanya beberapa tumbuhan saja yang telah diteliti mempunyai kandungan inulin yang tinggi seperti tumbuhan Jerusalem Artichoke (Helianthus tuberism L.), Chichori (Chicharium intibus), Dahlia (Dahlia pinnnta) dan lain-lain. Jenis tumbuhan yang diteliti dan mengandung inulin umumnya termasuk keluarga Compositae, Poaceae, dan Amarillidaceae. Shivayogeppa et.al.(2009) juga menambahkan, dahlia merupakan tanaman umbi yang mengandung senyawa inulin tinggi paling tinggi, mengandung fruktosa serta mempunyai kandungan senyawa kecil yang aktif seperti phytin dan benzoate acid (Abddillah, 2012).
Pada dasarnya setiap sel dari tanaman dahlia mengandung pati dalam bentuk inulin. Akar, daun dan biji mengandung sejumlah senyawa metabolit penting seperti inulin, lakton seskuiterpen, kumarin, flavonoid dan vitamin (Ranjitha et.al. 2007). Tanaman ini berguna sebagai antihepatotoxic, antiulcerogenic, anti-inflamasi, memperlancar sistem pencernaan, obat perut, depurative dan diuretik (Fatima, 2007).
Inulin adalah cadangan karbohidrat yang tinggi jumlah `kandungannya pada umbi tanaman dahlia yang berguna untuk penggantian lemak dan gula, sifat organoleptik, perbaikan tekstur, peningkatan mineral penyerapan, sifat imunomodulator dan pencegahan efek melawan kanker usus besar (Franck dan Leenheer, 2002; Asih dkk, 2009). Namun Penelitian ini terbatas hanya untuk tujuan komparasi senyawa inulin pada kalus dahlua serta umbi dahlia yang ditanam secara in-vivo. Untuk mengetahui peningkatan senyawa inulin melalui penambahan enzim ataupun hormon sebagai peningkat kandungan inulin dalam setiap sel pada kondisi in-vitro diperlukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik.
Inulin merupakan senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin masuk ke dalam kategori serat yang disebut fruktan yakni suatu polisakarida dibangun oleh unit-unit monomer fruktosa. Inulin memiliki derajat polimerisasi diatas 30 (Nakamura et al 1995 dalam Asih dkk, 2005) dan mengendap dalam campuran etanol dan air. Inulin mengandung 1/3 sampai 1/4 energi makanan dari gula dan 1/6 sampai 1/9 energi makanan dari lemak, sehingga berperan sebagai karbohidrat cadangan (Franck dan Leenheer, 2002). Inulin dianggap bentuk dari serat yang sifatnya higroskopis sehingga dapat dilarutkan dan digunakan sebagai prebiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah M. Rasyid, 2012. Studi komparasi kandungan metabolit sekunder Inulin pada tanaman dahlia (dahlia pinnata) secara In vivo dan in vitro melalui pembentukan Kalus pada efektifitas kombinasi BAP dan NAA. Tesis. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
American Chemical Society (ACS), 2007. Naming and Indexing of Chemical Substances for Chemical Abstracts. A publication of Chemical Abstracts Service. Published by the American Chemical Society. USA.
Asih Sri, Fatmawati, Puspitasari Indah, 2009. Pemanfaatan Aspergillus clavatus Pada Produksi Fruktooligosakarida (FOS) Dari Umbi Dahlia Sebagai Sumber Prebiotik Susu Formula Balita. PKM Institut Pertanian Bogor
Cornell Cooperative Extension, 2003. Culture of Dahlia. Nassau County Horticulture Program Eisenhower Park East Meadow, New.York.USA.
Fatima B., Usman Muhammad, Ashraf, R T. Waseem and Ali M.A., 2007 In Vitro Shoot Regeneration From Cotyledon And Hypocotyl Explants Of Dahlia Cultivars. Jurnal No. J. Agri. Sci., Vol. 44(2) Plant Tissue Culture Cell, Institute of Horticultural Sciences, University of Agriculture, Faisalabad, India Pak.
Franck Anne and Leenheer L.D., 2002 Inulin. ORAFTI Aandorenstraat 1, 3300 Tienen, Belgium,
Hankins Andy, 2005. Production Of Dahlias As Cut Flowers. Originally printed in Virginia Vegetable, Small Fruit and Specialty Crops. Extension Specialist-Alternative Agriculture Virginia State University
Partomuan Sianjuntak, Rachmat Judbi, Rosalinda Nita. 2004. Tumbuhan Indonesia Sebacai Sumber Nulin. Pusat penelitian dan pengembangan Bioteknologi –Lembaga Pengetahuan Indonesia
Saryono, P. Sulistyati, Delita Zul, Atria Martna. 1999. Identifikasi Jamur Pendegradasi Inulin pada Rizosfir Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal natur Indonesia 11 (1): 22-27.
Shivayogeppa, J. Adiga Dinakara, Prabhuling G., Reddy B.S., Natraj S.K. and Prashanth S.J. .In vitro conservation studies in dahlia (Dahlia variabilis L.) Research Paper The Asian Journal of Horticulture, (December, 2009 to May, 2010) Vol. 4 No. 2 : 470-472 G. Department Of Horticulture, India